SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS



SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 2008).

 Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber yang digunakan diantaranya adalah :
1.    Spektrofotometri Vis (Visible)
2.    Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
3.    Spektrofotometri UV-Vis
4.    Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C
Dimana:         
 A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Tahir, 2009).
Menurut Dachriyanus (2004), Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor instrumen. Penyebab non linearitas ini adalah:
  • Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat. 
  • Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel. 
  • Flouresensi atau fosforesensi sampel. 
  • Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi. 
  • Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi. 
  • Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa  digunakan dengan menggunakan bagian datar pada absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum. 
  • Kehilangan cahaya.  
Salah satu contoh penggunaan spektrofotometri yaitu Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dengan Pelarut Metanol. Penelitian ini menggunakan Pembuatan larutan baku Ranitidin konsentrasi 1000 dan 100 ppm Sebanyak 50 mg Ranitidin baku dimasukkan dalam labu takar 50 ml dan dilarutkan dengan metanol sampai volumenya tepat 50 ml sehingga akan diperoleh konsentrasi 1000 μg/mL (1000,0 ppm). Dari larutan baku konsentrasi 1000,0 ppm diambil 25 ml dan diencerkan dengan metanol dalam labu takar 50 ml sampai tanda sehingga diperoleh konsentrasi 500,0 ppm.Dari konsentrasi 1000,0 ppm dipipet 5 ml dan diencerkan dalam labu takar 50 ml sampai volumenya tepat 50 ml sehingga diperoleh konsentrasi 100,0 ppm yang akan digunakan untuk pembuatan seri konsentrasi.


-       Penetapan panjang gelombang maksimum
Dari larutan baku Ranitidin 100,0 ppm dibuat larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan seri konsentrasi. Larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm tersebut dikocok hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm.
-       Penetapan operating Time
Dari larutan baku Ranitidin 100,0 ppm dibuat larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan seri konsentrasi. Larutan baku dengan konsentrasi 6,0 ppm tersebut dikocok hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum sampai diperoleh absorbansi yang relatif konstan dengan rentang pembacaan setiap 2 menit sekali.
-       Pembuatan Kurva Baku
Larutan baku dengan seri konsentarsi 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; 14,0 dan 16,0 ppm didiamkan selama waktu operating time kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dari data hasil absorbansi, selanjutnya dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan garis y= bx + a.
-       Ketelitian (Precision)
Dari larutan baku Ranitidin 100,0 ppm dibuat larutan baku dengan konsentrasi 12,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan seri konsentrasi. Larutan baku Ranitidin dengan konsentrasi 12,0 ppm tersebut didiamkan selama waktu operating time kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan dengan enam kali pengulangan.
-       Ketepatan (Accuracy)
Ditimbang setara 50 mg serbuk tablet Ranitidin sampel secara duplo dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml. Pada salah satu labu takar ditambahkan 10 ml larutan baku Ranitidin dengan konsentrasi 1000,0 ppm. Kedua sampel selanjutnya mengalami perlakuan yang sama. Metanol ditambahkan hingga volumenya tepat 50 ml. Dari larutan tersebut kemudian dipipet 1 ml dan diencerkan dengan metanol hingga volumenya tepat 10 ml dengan menggunakan labu takar 10 ml. Larutan diambil 1 ml lalu diencerkan dengan metanol sampai volumenya tepat 10 ml. Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan operating time. Uji ketepatan metode dilakukan dengan penambahan larutan baku 1000,0 ppm; 500,0 ppm dan 100,0 ppm. Hasil absorbansi digunakan untuk menghitung harga perolehan kembali (recovery).


-       Penetapan Kadar Sampel
Dua puluh tablet yang telah memenuhi keseragaman bobot kemudian digerus hingga halus dan homogen. Sampel serbuk ditimbang setara dengan 50 mg Ranitidin, kemudian dilarutkan dengan metanol hingga volumenya tepat 50 ml. Dari larutan tersebut kemudian dipipet 1 ml dan diencerkan dengan metanol hingga volumenya tepat 10 ml dengan menggunakan labu takar 10 ml. Larutan diambil 1 ml lalu diencerkan dengan metanol sampai volumenya tepat 10 ml. Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan operating time. Penetapan kadar dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan dilakukan terhadap lima sampel tablet Ranitidin merek dan tiga sampel tablet Ranitidin generik.
 Adapun hasil dari penelitian tersebut ialah sebagai berikut
-       Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum (λmaks) merupakan panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh panjang gelombang yang diperoleh adalah 326 nm.
-       Penentuan operating time
 Penentuan operating time bertujuan untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan larutan untuk mencapai absorbansi konstan. Ditentukan dengan mengukur absorbansi dari larutan baku Ranitidin pada panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh operating time pada menit ke-4 sampai ke-6 karena hasil absorbansinya relatif konstan.
-       Penentuan kurva baku
Kadar Ranitidin dihitung menggunakan persamaan tersebut dimana variabel y menyatakan absorbansi dan variabel x menyatakan kadar. Nilai r menunjukkan linearitas kurva baku tersebut. Slope menyatakan arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antara respon absorbansi terhadap konsentrasi. Intersep menunjukkan perpotongan kurva dengan sumbu x, artinya pada kondisi konsentrasi Ranitidin dalam pelarut metanol (x) sama dengan nol maka akan terdeteksi absorbansi sebesar nilai intersep (Rahayu, 2009).


DAFTAR PUSTAKA
 Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Andalas University Press, Padang.
Harjadi, W., 2008.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Rahayu, W.S, Pri I.U, dan Sochib F.I, 2009. Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dengan Pelarut Metanol. Jurnal Pharmacy. Vol (6) 3 : 104-114
Tahir, 2009. Dasar Kimia Analitik.  Universitas Indonesia. Jakarta.


0 komentar