Contoh teks drama Bahasa Indonesia



DENYUT WAKTU DI AKHIR SMA
Di suatu sekolah, di hari yang cukup cerah, kelas XII IPS B  dalam keadaaan hening karena semua siswa terfokus mengerjakan soal ulangan harian matematika yang diberikan oleh seorang guru yang paling ditakuti oleh seluruh siswa kelas XII. Tak lain guru itu adalah bu Reres, yang akrab disapa bu Res bahkan kebanyakan siswa memanggilnya bu stress karena karakternya yang galak,pendiam,suka marah-marah tak jelas tapi terkadang sedikit mengumbar sisi humornya.
Saat siswa bermain-bermain dengan angka permainan bu Reres di atas meja, seorang siswa datang terlambat, tidak lain tidak bukan siswa itu adalah Denda. Denda adalah siswa nakal di sekolahnya, ia sering membolos, merokok dibelakang kelasnya,tidak taat aturan bahkan datang terlambatpun sudah menjadi kebiasaan manisnya. Tak heran jika omehan,teguran dan kata-kata pedas menjadi makanan kesehariannya di depan gerbang sekolah.

Bu Reres : Anak-anak durasinya tinggal 25 menit, silahkan kerjakan secepatnya (sambil duduk membaca Koran)
Denda : (tanpa permisi bahkan tanpa sepatah katapun, dengan gayanya yang super acuh tak acuh, langsung masuk kelas lalu duduk di bangku paling belakang)
Bu Res : (berdiri), ada maling di kelas ini, yang merasa silahkan angkat kaki  dari kelas ini (nada menyindir) !

Denda : (nada cuek), males keluar bu !!
Bu Res : ( nada pedas) , kamu Denda, maju ke depan !
Denda : ngapain bu ? ( nada males)
Bu Res : ngapain , ngapain, maju ! ( nada keras )
Denda : ( maju dengan langkah slownya )
Bu Res : diam kamu di sana sampai jam pulang, ( nada galak)
Denda : oh !!!

Suasana kelas semakin terasa hening, 1 kata takada yang terangkat.
Akhirnya, keheningan itu terpecahakan .
Denda : ngapain sih harus di hukum segala bu?
Bukannya ibu sudah puas dengan menghukum Enda tiap hari depan gerbang, dasar stress !( nada mengolok sambil nyengir)
Bu Res : kamu sudah keterlaluan Denda, sedikitpun kamu tidak mengharagai ibu. ( nada kesal)
Denda : gimana mau ngehargain, ibu aja nggak pernah hargain Enda ( nada serius )
Bu Res : ibu selalu hargai kamu Enda, ibu hadir di sini untuk mendidik kamu supaya kamu jadi anak yang baik-baik, bukan seperti ini, di sekolah ini ada aturannya, dan kamu harus mentaatinya, bukan melanggarnya semacam ini, ibu bosan harus berurusan terus dengan kamu setiap harinya, selalu ibu temui kamu  dengan keadaan yang sama tanpa ada perubahan. Kapan kamu akan berubah Enda ? (nada kesal dan haru)
Denda : hargai ??
Buat apa baik-baik, nggak ada yang peduli, buat apa Enda taati aturan haa ?dari kecil Enda nggak tau apa itu aturan, buat siapa Enda berubah, nggak ada yang peduli sama Enda, !
Saya hidup sendiri, nggak ada aturan di dunianya Enda !
Udahlah jangan banyak bacot !
Muak dengan semua ini !( aaaaaarrgggkkhhh) ( teriak lempar meja sambil melangkah keluar dengan rasa marahnya).

Anggota gank Denda hanya bisa terdiam melihat keadaan kawannya yang seperti itu.
Bu Res : Denda, Denda, Denda….( memanggil Denda dengan nada keras)
Heeehh(menarik nafas, terharu lalu meneteskan air mata)…, kumpulkan ulangan kalian, kamu Vinka tetap di sini yang lain silahkan keluar.
Semua siswa di kelas itu terpaku menatap guru tergalak menangis karena seorang siswa yang tak karuan, kondisi kelas tetap hening, di sana hanya ada Vinka dan bu Res.
Vinka : mmm ada apa bu ? (nada canggung)
Bu Res : tadi kamu sudah saksikan gimana Denda( sambil mengusap air matanya)
Ibu percaya sama kamu Vink, kamu bisa mendekatinya lalu membuatnya menjadi lebih baik (menatap Vinka penuh harap), ibu tau apa yang dibutuhkan Denda.
Vinka : sebenernya Denda punya masalah ya ? (nada ingin tahu)
Bu Res : ia, dari kemarinibu  memikirkan tentang kehidupannya, dia seperti itu karena keluarganya, orang tuanya berpisah saat dia menginjak usia balitanya, dia dibesarkan oleh neneknya dengan fasilitas yang mewah , karena dia berasal dari keluarga yang berada. Ketika menginjak usia remajanya, ia kehilangan sosok wanita yang membesarkannya, nyawa neneknya direnggut karena kecelakaan pesawat saat neneknya hendak pulang dari pulau Bangka. ibu sangat merasakan bagaimana posisinya, karena dulu ibu juga seperti itu tapi Tuhan memberikan arah yang benar hingga kini, ibu menjadi seperti yang kamu lihat. Maka dari itu, ibu mohon  Vink, jadikan dia lebih baik, ibu percaya sama kamu ( menatap Vinka penuh harap).
Vinka : akan saya coba yang terbaik bu ( tersenyum)
Bu Res : semoga berhasil nak, ibu ke kantor dulu, samapai ketemu minggu depan ( melangkah meninggalkan ruangan XII IPS B).
Waktu berlalu, bel tanda pulang sekolah di hari itu akhirnya berdering, akan tetapi Vinka tetap duduk sendiri di ruangan itu.
Gestan : hei Vink, kenapa masih diem ? nungguin aku ya ? ( tertawa kecil)
Vinka : ( tersenyum) , nggak kok, aku nungguin Denda balik, tasnya masih di sini,
Gestan : kamu suka ya sama Denda ? (raut datar -_-)
Vinka : nggaklah, tapi kasian aja ,
Gestan : (tatapan dalam), kamu titip aja temennya, tuh mereka masih pada nongkrong depan gerbang,
Vinka : uuudah pulang sana,
Gestan : mmm ok, kamu hati-hati
Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya Denda muncul,. (audio Britney spears-everytime setengah, music diawalnya saja)
Vinka : (tersenyum), tasmu (memberinya tas)
Denda: (langsung ambil tas lalu pergi).
Vinka : enda, kalo kamu butuh apa-apa, kamu telfon aku ya ( memberinya selembar kertas berisi no handphone sambil tersenyum)
Denda : (terdiam sambil memperhatikan lalu tersenyum), mmm, kasian ya kamu cewek sendirian, kamu pulang sama siapa ?
Vinka : sendiri kok,
Denda : bawa motor ?
Vinka : nggak (sambil tersenyum)
Denda : kamu pulang sama aku ya ?
Aku  anter kamu sampe rumahmu. (nada cuek)
Vinka : boleh (menangguk)
Sesaat setelah itu entah apa yang mereka pikirkan, mereka saling tatap. Sungguh tatapan yang berarus gelombang tinggi.(secondhand-heart stops)
Setelah itu mereka meninggalkan kelas itu, dan hari mendungnya Denda telah terlewati.
Keesokan harinya, dengan kondisi yang sama layaknya hari kemarin namun dengan guru yang berbeda,dia adalah guru yang jarang berbicara yang akrab disapa pak Marton. Denda memasuki kelasnya seperti budayanya setiap hari.
Karena pak Mrton telah lelah mengurus Denda, pak Marton tak mempedulikan Denda. Beberapa lama kemudian, bel istirahat berbunyi, tinggalah Vinka, Gestan, Denda, Limy& ganknya Denda di kelas itu.
Limy dan Gestan sedang duduk bermain hp di bangkunya,dan denda bersama anggota gank nya sedang bercerita(seru-seruan)
Limy : vinka beda ya akhir-akhir ini
Gestan : (tersenyum)
Jam demi jam berlalu, akhirnya waktu yang dinanti siswa yaitu pulang sekolah akhirnya tiba .
Namun , setelah semua siswa XII IPS B hengkang dari ruangan itu, yang tersisa hanya Denda dan Vinka. Mereka terjebak hujan lebat. Dalam suasana itu denda mencairkan kebekuan.
Denda : kenapa belom pulang (menyapa Vinka dengan nada cuek) ?
Vinka : ini khan hujan (menadahkan tangan ke rintikkan hujan)
Denda : takut sama air ya ?
Vinka : (tertawa kecil) nggaklah…
Denda : pasti pulang sendiri lagi khan ?
Vinka : nggaklah, aku pulang sama hujan kali ini
Denda : (tersenyum menatap Vinka), pulang yuk ??
Vinka : yakin mau pulang hujan-hujanan ?
Denda : baweeeel…. (menarik tangan Vinka sambil tersenyum)
Vinka : ( tersenyum)  (peterpan-semua tentang kita)
Merekapun pulang dibawah tumbukkan hujan, sejak kala itu dua insan tersebut menjadi kawan karib yang akhirnya mengundang sedih bagi Gestan.
Hari silih berganti, Denda & Vinka memahat banyak cerita dalam denyut-denyut waktu di akhir masa sekolah mereka, namun ada yang tersirat dibalik manisnya tatapan Denda terhadap Vinka. Keakraban mereka seakan tak ada yang dapat memisahkan.Bahkan anggota gank Denda sering membicarakan keakraban Vinka dengan Denda, terlebih, sikap Denda mulai berbeda dan jarang berkumpul bersama kawan-kawanya. Kepedihan hati seorang Gestan semakin terlihat dari perubahan sikapnya terhadap Vinka. Seiring mengalirnya arus waktu, misi Vinka akhirnya berhasil, Denda menjadi sosok yang berbeda. Ia telah meninggalkan budaya buruknya, kini buronan guru di depan gerbang telah sirna, seakan mentari menyibak gelapnya langit fajar. Dinginnya sikap Gestan terhadap Vinka membuat Vinka bertanya-tanya, ada apa dengan sahabatnya itu.
Dan suatu hari saat mereka pulang sekolah, Vinka menghampiri Gestan di pinggir jalan.
Vinka :heeii….. diemm aja wee,,
Gestan : (bungkam tak angkat suara)
Vinka :gestan, kalo aku punya salah sama kamu, aku minta maaf yang sebesar-besarnya, aku tau kamu pasti nyimpen suatu hal sama aku, maafin aku ya ( nada becanda)
Gestan : nggak ada Vink ! ( terus berjalan pulang)
Vinka : aku kenal kamu udah bertahun-tahun Tan, jadi nggak usah bohong deh, ayolah Tan ( tersenyum lebar). Ok deh kalo nggak mau maafin kasi tau aku, salah aku ke kamu apa ? ( berdiri di depan Gestan”menghentikan langkah Gestan”)
Gestan :segmapang itu kamu kira hahh…?(motifora-dua hati)
Sakit Vink, sakit.. ! (mengeluarkan amarah)
Vinka : maksud kamu apa ? ( nada tinggi)
Gestan : kamu bilang sama aku kalo kamu sayang sama aku lebih dari sekedar sahabatmmu, lebih dari temanmu, kamu pun pernah mengucap janji kalo kamu nggak akan pacaran sebelum kamu berhasil menggenggam semua mimpi-mimpimu. ! kamu hancurkan bangunan angan yang kamu pahat diatas kebodohanku, kamu lukis pola hitam diatas putihnya tulusnya aku, kamu robek dalamnya hati ini menjadi puing-puing yang hancurkan keheninganmu selama ini bahkan kamu memoles dinding duniaku dengan hebatnya rasa perih yang kamu tabur diatas pelangimu bersamanya (mengeluarkan amarah sampai muka memerah)
Vinka : dulu kamu kemana?
Saat aku kesepian, saat semuanya taka da yang mengerti. Kamu kemana ? (nada tinggi)
Aku sayang sama kamu saat kamu entah pergi kemana, lalu sekarang kamu bangkitkan semuanya setelah lamanya tertimbun jauuh di dasar waktu , iaa ?(nada tinggi sambil menangis)
Gestan : kamu Tanya aku kemana ?? ( menunjukkan kepala ), kamu pikir ( semakin keras)
Aku tungguin kamu putus dari Qito, aku bungkam dalam lukaku, aku hanyut dalam perihku, aku larut dalam buaian manisnya kepedihan yang aku derita bertahun-tahun lamanya,  & saat kamu telah usai dengan Qito, kamu bersamanya ! (nada perih). Kamu renggut mimpi yang sempat kau sematkan dalam damaiku. & saat ini dengan mudahnya kamu mengatakan maaf lalu bertanya aku kemana,  haha… terlalu indah caramu menyulam luka dalam batinku.
( melangkah meninggalkan posisinya).
Vinka (terpaku mendengar apa yang dikatakan Gestan, lalu tergeletak jatuh ke tanah sambil berteriak & menangis), Gestaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn……………………………………….
Denda : vinka, (terkejut) . bangun(mengangkat Vinka dari belakang), kamu kenapa Vink ?
Jawab Vink, jawab,
Vinka ( hanya terdiam dan terus menangis)
Denda : berengsek(menatap ke arah Gestan, dengan raut marah dan berlari mengejar gestan).
Weee , merenggut lengan baju Gestan, kamu apain dia ? (marah)
Brengsek lo !beraninya lo buat dia nangis, ternyata lo diem-diem emang bajingan , (hendak menonjok muka Gestan)
Vinka : (berlari sambil menangis), stoooooopppppp…………………,
Gestan : lo diem, sekarang minggir (nada tenang)
Denda : sakitnya dia sakitnya gua jugak, 
Gestan : (tersenyum), lo ambil dia, bahagiaiin dia, jangan sia-siaiin dia, gue titip dia, gue yakin dia lebih bahagia sama lo, cinta tidak pernah memaksa, cinta memberi kebahagiaan bukan kesakitan, cinta tidak pernah berdusta dan dialiri  keikhlasan . Gue yakin lo mampu buat dia hidup bahagia, satu lagi, cinta tak harus memiliki(tersenyum tenang).(melangkah pergi).
Denda & Vinka (terpaku mendengar ucapan itu ).
Denda : kamu, ia kamu adalah darah yang mengalir dalam tubuhku, kamu kendalikan buasnya aku , kamu terangi setiap gelapnya langkahku, selalu sejukkan siangku, jadi tetaplah bersamaku, aku akan membahagiakanmu dengan caraku sendiri.
Percaya (menatap Vinka lalu tersenyum).
Vinka : (tersenyum menghapus air matanya, lalu menatap Denda).
Sejak itu Denda menjadi sosok yang bertolak belakang dari karakter awalnya, dia menjadi siswa yang amat disiplin, rajin, bahkan nilai semester akhir di kelas XII nya naik signifikan, selain itu ia menjadi sosok yang sosialis dan bergaul dengan teman sekelasnya. Tak terkecuali anggota gank Dendapun ikut berubah kelakuannya, mereka menjadi siswa yang sebenarnya. Usaha Vinka ingin merubah budaya buruk Denda ternyata berbuah cinta diujung denyut waktu masa SMA nya ,sungguh balutan drama historic yang sempat terjadi beberapa tahun silam namun dengan beberapa modifikasi fiksi.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
Tokoh utama :   Denda (teguh),
Tokoh-tokoh :
·         Gestan (rizka)
·         Vinka (lisa)
·         Limy (izur)
·         Qito(nugi)=> anggota gank Denda
·         Bu Reres (ni made ayu sri)

Tokoh pendukung :
§  Pak Marton (rosihan)
§  Sadli  (anggota gank Denda)
§  Aditya (anggota gank Denda)
§  Hernawati (siswa )
§  Desak putu(siswa)
§  Rizki ananda(siswa)
§  Putu yanti(siswa)
§  Nufiatin(siswa)
§  Ayu dian(siswa)
§  Ema (siswa)
§  Kadek evi (siswa)

Latar tempat :

à Ruang kelas
à Pinggir jalan
à Depan sekolah
à Depan kelas

Latar waktu :

à Pagi hari
à Siang hari

Alur : Maju


Penokohan :

à Denda : cuek, cool, penuh kasih, lembut, acuh tak acuh, kalem,slow, berstyle keren, tidak memasukkan baju di sekolah, suka nggak pake kaos kaki, suka mengenakan jacket lalu tak lupa headset, suka lupa nggak bawa tas ke sekolah.
à Gestan : pendiem, puitis, bookholic, pake kaca mata, rapi.
à Vinka : sedikit periang, pemerhati, suka memberikan kenyamanan.
à Bu reres : galak, cuek, cepet marah, penyayang.
à Limy : musiclicious, pendiam, pemerhati.
à Pak marton : nggak mau tau, super cuek, pemerhati.
à Siswa (ikuti cerita).

Tim penyusun :

ü  Fahreza ali = sutradara
ü  Heni safitri = penulis naskah
ü  Gita & lola sita = audioter

Dekorator :

ü  Maya
ü  Herfita
ü  Rian
ü  Herlianti
ü  Majidah
ü  Kadek rika
ü  Gede panji

Narrator :

ü  Siti hawari



Make over :

ü  Shufia
ü  Nurgina
ü  Ni luh mira
ü  Baiq arina

Documenter :

ü  Intan ratna sari
ü  Diah devi

0 komentar